Afaren Bungsunya Ayah




Selasa  09 September 2015 M /  26 Dzulkaidah 1436 H

Pagi kholillah tidak bisa mengantar katanya motornya sulit dinyalakan konon bensinnya habis.

Roidah masih tidur kendati jam telah menujukkan jam 7 kurang 15 menit.
Faren biasalah menangis ingin mogok sekolah lagi setelah dua hari batuk – batuk melulu akibat minum es dan tidak bisa di larang.

Bunda menawarkan solusi untuk mengantarnya pakai angkot dengan nada menekan dan memaksa karena aksinya dulu sering dipertontonkan pada ayah ; dan ayah pasti dengan cinta dan kehangatan akan ringan mengantarnya.

Ketika akhirnya setengah merengek dan mengerti keadaan Afaren mengatakan pada Bunda : 

“biarkan aku naik angkot sendiri,  bunda cukup menolong memberikan uang ongkos pada supir”.

Trenyuuuuhhhh . . . .

Dan ingin menjerit memanggil Ayah . . .
Ayah . . . lihat kami tanpa kehadiran mu begini payah-nya, selalu berharap engkau ada disisi  kami . . .




Dan Bunda mengantar si bungsu, hari belum genap jam tujuh sehingga masih banyak motor pagi berseliweran akan menunaikan masing – masing tugasnya ;    Bunda  menitipkan Afaren ke pada Ibu Erni yang memang rutin melewati jalan di depan pondok.

Belum ada Komentar untuk "Afaren Bungsunya Ayah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel