Perjamuan Ruhani Dari Pak Nazarudin Umar




Seperti air menyiram tanaman yang telah lama tidak tersiram bahkan mungkin hampir mati,  maka pemaparan tentang   "Amaliah Tasawuf dalam Kehidupan Modern"  bersama Prof.Dr.KH.Nasaruddin Umar, MA (mantan Wamen Agama) pada siang hari itu sangat menyejukkan hadirin yang menyimaknya.
Hal tersebut disamping daya pikat keilmuan beliau yang mendalam di tunjang pemaparan yang sangat fokus terkait Syukur – Syakur ; Mukhlis dan Mukhlas.   

Sementara ini yang Bunda fahami, ada tiga dimensi dalam diri manusia :
1.          Dimensi Jasad yang butuh makan, minum dan nikah
2.         Dimensi Aqal yang membutuhkan ilmu juga pengetahuan
3.         Dimensi Ruhani butuh iman, keyakinan dan asupan – asupan jiwa  untuk menyegarkannya atau mencharge agar berfungsi dan memiliki qalbu yang muthma’innah

Secara syareatnya manusia sangat fokus terhadap perkembangan dan pertumbuhan jasadi, sehingga makanan dan minuman diulik supaya semangat untuk menyantap dan perlu diperhatikan juga aspek kehalalannya sebagaimana jargon (?) bangsa ini dalam aspek makanan agar memiliki bangsa yang sehat pakai kalimat . . .  empat sehat lima sempurna;  jangan keliru ada juga yang memplestkan dan sehingga di pelintir jadi empat sangat miskin plus menderita dan lima mati sempurna (karena kemiskinan dan penderitaannya).

Adalah akal dan fikiran manusia yang bertumbuh dan berkembang untuk menghidupkan neuron – neuronnya sehingga menjadi makhluk yang berilmu dan berwawasan yang luas   jika dikasih asupan ilmu dan pengetahuan berdampak pada keluasan pengetahuan sehingga dapat mencari solusi dalam melayari kehidupan dialam dunia ini,  dengan demikian pemerintah menyelenggarakan lembaga pendidikan yang ddikenalah apa yang disebut sekolah formal dan sekolah non formal. 

Dari pendidikanlan ketrampilan berfikir, menganalisa, memecahkan masalah, kreatif dan inovatif sehingga seseorang meraih kemampuan – kemampuan yang menakjubkan, khususnya mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi baik secara individual atau bahkan secara sosial.

Dan asupan ruhani inilah yang paling hakiki yang mestinya mendapat prioritas utama sejuta persen  oleh masing – masing dari kita karena kedalaman ruhani akan memberikan dan berdampak kepada pengenalan kepada Allah SWT,  sehingga aura Nur Allah melingkupi diri dah kehidupannya.
Bapak Nazarudin Umar saat memberikan taushiahnya di hadapan jama’ah Babussalam beliau menyampaikan secara jernih diantaranya yang sempat Bunda tangkap,  mengingat dan menuliskannya

TIDAK  ADA  PERBEDAAN  ANTARA  BAHAGIA  DAN  MUSHIBAH ( SEDIH / PENDERITAAN)
Kesedihan dan kebahagiaan itu selalu melekat dalam diri manusia . . .  keduanya saling  jalin berkelindan hanya dalam fikiran saja atau dikenal salah satunya dengan konsep persepsi.
Persepsi kita tentang bahagia bisa di indikasikan dengan berpunya atau tidak miskin apalagi sangat miskin, memiliki pangkat dan kedudukan terhormat, populer ya . . . . kira – kiranya demikian lalu kesedihan bisa dideskripsikan sebagai rasa sakit hati karena di tinggal oleh kekasih tercinta, terkena bencana dan sejenisnya.
Sebahagia . . . apa seseorang saat ia tidur akan tidak terasa nyata kebahagiaan itu,  demikianpun  sesedih apa seseorang maka saat terlelap sama saja dengan orang yang berbahagia tertidur.
Tidak ada perbedaan sama sekali.

Maka benteng, senjata dan bekal yang paling ampuh bagi keberlangsungan kehidupan kita banyak – banyak berdo’a.  Jangan putus asa jika suatu ketika merasa bahwa do’a kita tidak ijabah karena,  kata
Ibnu Athaillah:
Penolakan terhdap do’amu, sesungguhnya itu adalah pengabulan terhadap do’amu.
Berdoalah sebanyak – banyak.





PERBEDAAN  ANTARA  SYUKUR  DAN  SYAKUUR
SYUKUR :  menerima semua nikmat yang Allah anugerahkan pada hamba - Nya

SYAKUR :  menerima dengan sepenuh hati baik berbentuk nikmat, maupun berbentuk mushibah, sebagai mana telah beliau uraikan pada catatan pembukaan.

PERBEDAAN  ANTARA  MUKHLIS  DAN  MUKHLAS 
MUKHLIS  ;  adalah seseorang yang melakukan perbuatan terpuji karena Allah akan tetapi masih di embel – embeli dengan harapan populer dan sejenisnya, sedangkan
MUKHLAS ; adalah seseorang yang melakukan perbuatan terpuji karena Allah, merasa malu jika perbuatannya di ketahui orang lain  dan kemudian muncul pujian pada dirinya, seorang MUKHLAS  akan merasa khawatir dan malu di hadapan Allah jika keikhlasannya itu kemudian memunculkan puja – puji dihadapan sesama makhluk Nya.

Rasanya beberapa butir nasehat berharga ini menjadi fikiran Bunda berhari – hari hingga tulisan ini tersaji,  seprtinya jauh dari SYAKUUR dan jauh dari MUKHLIS.
Semoga Allah selalu memberikan PETUNJUK – NYA pada hamba yang sungguh – sungguh dhaif ini.

ASTAGHFIRULLAH . . . .

Pamulang,

Senin 31 Agustus 2015 M / 18 Dzulkaidah 1436 H


Belum ada Komentar untuk "Perjamuan Ruhani Dari Pak Nazarudin Umar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel