Belajar Jadi Isteri #Membangun Keluarga
Semuanya sangatlah tidak mudah jika
tidak mau belajar, dan perangkat belajar tidak hanya selalu dikaitkan dengan
fasilitas serta kelengkapan sandang, pangan dan papan, bahkan yang paling utama
saat kita memulai pembelajaran diri adalah tujuan dan kemudian niatkan
!
Menjadi seorang istri tujuan
utamanya dan sangat mendasar adalah “menghambakan diri pada – Nya”
tidak ada tidak.
Tujuan ini sedemikian kokoh, tidak
perlu disangsikan, apapun kendala –
kendala yang terbentang dalam kehidupan berumah tangga itu seperti seseorang masuk ke hutan belantara yang asing dan penuh
lika – liku juga sama sekali tidak kenal medannya.
Maka ketika Allah kemudian memberi
petunjuk kepada hamba Nya, sesungguhnya
banyak sekali tujuan membangun kehidupan
penghambaan diri kepada Nya, ketika
kemudian kita menjadi seorang istri otomatis bahwa membangun rumah tangga
adalah demi mencapai “ketenangan jiwa” jika kemudian dalam rumah tangga hal yang
terjadi sebaliknya, perlu saling mengevaluasi sikap dan tindakan masing –
masing dengan cara yang terbuka.
Selanjutnya tidak semata membangun ketenangan
jiwa, demi melanjutkan estafeta
kepemimpinan dan cita – cita seorang istri hendaknya “menjadi Ibu dari putera dan puteri
sholeh dan sholehah” QS. al’Araf (7) : 189 ; perjuangan
seorang istri akan utama dan sempurna selanjutnya
“membangun rasa kasih sayang” QS. Ar Rum (30) : 21 dalam kehidupan berkeluarganya.
Tujuan – tujuan tersebut akan
menjadi fondasi kokoh dan tangguh membangun kebahagiaan dunia dan akhirat.
Siapakah Isteri
Jaman dahulu sekitar tahun 60 atau
70 an atau lebih mundur lagi, seorang isteri diimajinasikan seorang perempuan
yang tinggal di rumah melayani suami siang malam sebagai pasangan hidupnya,
mengasuh dan mendidik putera / puterinya, pandai memasak, menjahit, menyulam
dan berbagai ketrampilan puteri sejenisnya.
Standar saat itu memang
demikian, pada era modern ini bagusnya
sii . . seorang istri memiliki skill
tentang keputrian tetapi tidaklah mesti, tentu saja tuntutannya sudah
kadaluarsa dan mesti di tingkatkan kepada hal yang lebih hakiki, terkait tujuan
awal tadi.
Ketentuan seorang istri harus
memiliki skill ketrampilan putri bisa juga di jadikan acuan, maka dengan tuntutan jaman yang semakin menantang,
seorang istri masa kini harus melek pendidikan.
Boleh pendidikan formal atau
pendidikan non formal segalanya untuk mempermudah dan memperingan tugas –
tugasnya disaat membangun biduk rumah tangga dan menjadi mitra harmonis
pasangannya.
Apakah Tugas
Isteri dan Wilayah Domestik
Idealnya seorang istri bertugas di
wilayah domestik ( membacanya terkesan “melecehkan” seorang perempuan ) ; akan
tetapi segala sesuatunya kembali pada masing – masing pasangan bersepakat
menentukan lifestyle dalam membangun rumah tangga.
Saat ini semua sedemikian terbuka
cara, komunikasi, budaya banyak kemudahan yang bisa kita akses, inti utamanya
bagaimana seorang istri bertindak bukan sekedar mitra dalam kehidupan sementara
akan tetapi juga menjadi mitra kehidupan
yang abadi.
Peran Isteri dalam Keluarga
Jika dilihat dari tujuan awal
pembangunan rumah tangga, yaitu :
- Menghambakan diri pada – Nya
- Membangun ketenangan jiwa
- Menjadi Ibu dari putera dan puteri sholeh dan sholehah
- Membangun rasa kasih sayang dalam keluarga
Istri dalam rumah tangga menjadi
tokoh utama, tentu saja secara teori penjadi pemeran utama atau tokoh sentral
tugasnya cukup berat dan signifikan, mau
apa lagi jika memang tujuan – nya telah dipancangkan demikian.
Meskipun tulisan ini sifatnya umum
dan masih sangat abstrak, gersang dari implementasinya sebagai intro mudah –
mudahan pembuka jalan untuk Komunitas
Keluarga Kompasianer.
Selasa, 02 Juni 2015 M / 16 Sya'ban 1436 M
Pamulang - Tangsel
inspiratif bun, semoga bs belajar sama bunda jd istri yg baik :)
BalasHapusinspiratif bun, semoga bs belajar sama bunda jd istri yg baik :)
BalasHapusterima kasih Mbak,
Hapussudah menyempatkan singgah.
Insya Allah kita akan sama2 share masing - masing
pengalaman untuk kebaikan bersama